Letak dan Cakupan Wilayah
Daerah Burung Endemik (DBE) Hutan di Jawa dan Bali meliputi hutan pegunungan dan hutan di kaki gunung di Pulau Jawa dan Bali, serta Kepulauan Kangean yang terletak di Timur Laut Pulau Jawa. Secara administratif pemerintahan daerah ini terletak di seluruh propinsi di Jawa (DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, dan Jawa Timur) serta Propinsi Bali. DBE ini berdekatan dengan DBE Pesisir Pulau Jawa, namun burung-burung di DBE Pesisir Pulau Jawa hanya hidup di daerah pesisir, sehingga tumpang tindih di antara keduanya sangat kecil.
Burung Sebaran-Terbatas
Spizaetus bartelsi
Arborophila hyperythra
Treron oxyura
Ptinopus pophyreus
Ducula lacernulata
Otus angelinae
Caprimulgus pulchellus
Hydrochous gigas
Aerodramus vulcanorum
Harpactes reinwardtii
Megalaima corvina
Megalaima armillaris
Pericrocotus miniatus
Pycnonotus bimaculatus
Hypsipetes virescens
Cinclidium diana
Enicurus velatus
Cochoa azurea
Stachyris grammiceps
Stachyris melanothorax
Macronous flavicollis
Garrulax rufifrons
Alcippe pyrrhoptera
Crocias albonotatus
Tesia superciliaris
Seicercus grammiceps
Rhipidura phoenicura
Rhipidura euryura
Psaltria exilis
Aethopyga eximia
Lophozosterops javanicus
Serinus estherae
Leucopsar rothschildi
Habitat
Iklim di Pulau Jawa yang sangat kontras memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap susunan vegetasi di pulau ini. Curah hujan yang tinggi sepanjang tahun di bagian Barat Jawa, kecuali daerah pesisir Utara, telah mendorong terbentuknya hutan hujan tropika yang rapat. Curah hujan musiman di Bali dan bagian Timur Pulau Jawa telah mendorong terbentuknya vegetasi alami berupa hutan musim (gugur daun) (FAO, 1982d). Sebagian besar vegetasi alami di Jawa dan Bali telah mengalami penyusutan hingga mencapai 90% (MoF, 1990; IUCN, 1991), dan hutan-hutan primer saat ini terbatas dijumpai di daerah pegunungan dan di beberapa tempat di daerah dataran rendah.
Sebagian besar species burung sebaran-terbatas di DBE ini hidup di hutan hujan pegunungan di atas 1.000 m dpl. Beberapa lainnya dijumpai di hutan dataran rendah dan kaki-kaki gunung, sementara beberapa species lainnya termasuk Elang Jawa, Jalak Bali, dan Ciung-air Jawa (Macronous flavicollis), juga menjelajah hingga ke daerah-daerah yang lebih rendah (sejajar permukaan laut).
Kawasan konservasi
Di Pulau Jawa dan Bali terdapat 124 kawasan konservasi, yang sebagian besar di antaranya berukuran sangat kecil. Namun demikian, sebagian besar hutan di daerah pegunungan cukup terlindungi karena berada dalam jaringan kawasan konservasi. Kawasan yang sangat penting antara lain Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (15.000 ha) dan TN. Gunung Halimun (40.000 ha) di Jawa Barat. Hutan dataran rendah hampir tak tersisa lagi, tetapi telah terlindungi di dalam kawasan TN. Ujung Kulon (122.956 ha) yang terletak di ujung Barat Pulau Jawa. TN. Alas Purwo (43.427 ha) di ujung Timur, dan TN. Meru-Betiri (58.000 ha) di Tenggara. TN. Baluran (25.000 ha) yang mencakup satu-satunya lahan musim di Pulau Jawa dan TN. Bali Barat (77.727 ha) yang melindungi populasi terakhir Jalak Bali, merupakan dua kawasan konservasi lainnya yang juga penting.
Hutan dataran rendah dalam kondisi baik masih dapat dijumpai di G. Dieng dan G. Perahu, jajaran Pegunungan Pembarisan dan G. Slamet (usulan kawasan cagar alam) di Propinsi Jawa Tengah (S. Van Balen danV. Nijman in litt., 1995). Daerah-daerah tersebut layak ditetapkan sebagai kawasan konservasi yang akan mengurangi kesenjangan jaringan kawasan konservasi di Pulau Jawa.
Situasi Saat Ini
Jawa dan Bali merupakan satu daerah dengan penduduk terpadat di dunia. Sebagian besar hutan di kedua daerah ini telah dikonversi untuk penggunaan lain dan sebagian lainnya telah mengalami kerusakan. Flora dan fauna asli daerah ini, dalam sejarahnya, telah terganggu oleh manusia. Penutupan hutan di Jawa dan Bali hanya meliputi 8% dari seluruh lahan daratan (MoF, 1990). Meskipun demikan, beberapa lahan di dataran rendah masih tetap bertahan dan tak terganggu, dan masih cukup banyak hutan pegunungan yang tersisa di sepanjang puggungan gunung berapi yang masih aktif. Hutan-hutan tersebut juga menjadi tempat perlindungan bagi sejumlah besar tumbuhan dan satwa liar, termasuk beberapa species endemik (FAO, 1982d).
Jawa dan Bali merupakan satu daerah dengan penduduk terpadat di dunia. Sebagian besar hutan di kedua daerah ini telah dikonversi untuk penggunaan lain dan sebagian lainnya telah mengalami kerusakan. Flora dan fauna asli daerah ini, dalam sejarahnya, telah terganggu oleh manusia. Penutupan hutan di Jawa dan Bali hanya meliputi 8% dari seluruh lahan daratan (MoF, 1990). Meskipun demikan, beberapa lahan di dataran rendah masih tetap bertahan dan tak terganggu, dan masih cukup banyak hutan pegunungan yang tersisa di sepanjang puggungan gunung berapi yang masih aktif. Hutan-hutan tersebut juga menjadi tempat perlindungan bagi sejumlah besar tumbuhan dan satwa liar, termasuk beberapa species endemik (FAO, 1982d).
Sebagian besar hutan pegunungan di Jawa dan Bali telah cukup terlindungi di dalam jaringan kawasan konservasi saat ini. Namun tidak demikian halnya dengan hutan dataran rendah. Penetapan kawasan-kawasan konservasi baru dan perluasan kawasan yang telah ada, yang mencakup hutan dataran rendah, akan sangat menunjang upaya pelestarian seluruh kekayaan sumberdaya keanekaragaman hayati Pulau Jawa dan Bali.