Hi, Greeners ! welcome to GreenDaily. | GreenDaily is member of Biologipedia
Showing posts with label PracticalGuide. Show all posts
Showing posts with label PracticalGuide. Show all posts

Praktikum Pengamatan Tulang


A.  Pembahasan
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.
Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi massal senyawa kimia organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya.
Seperti yang telah kita ketahui, komponen utama tulang adalah unsur Ca (kalsium). Asam klorida (HCl) memiliki kecenderungan untuk melarutkan unsur2 seperti Ca dengan mengikuti reaksi:
HCl + Ca --> CaCl2 + H2
Jadi kalsium pada tulang semakin sedikit karena larut dalam asam, maka pada kondisi tertentu, tulang akan menjadi lentur/lunak karena komposisi Ca pada tulang sudah menurun drastis.


B.  Judul Percobaan;
Merendam Tulang ayam ke dalamm larutan HCl 10%

C. Tujuan Percobaan:
Memahami struktur tulang keras dan tulang rawan

D.   Alat dan bahan :
1. Tulang ayam segar, bagian paha (4 buah)
2. Larutan HCl dengan konsentrasi 30% (100 ml)
3. Air (200 ml)
4. Gelas aqua (2 buah)
E.  Cara kerja:
1.Siapkan tulang paha ayam yang sudah bersih dari sisa-sisa daging yang melekat;
2.Patahkan/potong lah paha ayam menjadi 2 bagian agar bagian dalam tulang mudah untuk di amati;
3.Amati keadaan paha ayam sebelum perendaman dengan larutan HCl, misalnya kekerasan, kelenturan, warnanya, catatlah hasil pengamatan pada table pengamatan;
4.Larutkan 100 ml larutan HCl 30% di gelas aqua dengan air 200ml sehingga mendapatkan larutan HCl sebanyak 300ml dengan kadar HCl sebanyak 10%;
5.Rendamlah tulang tersebut ke dalam gelas aqua yang berisi larutan HCl selama 1 jam;
6.Amati apa yang terjadi;
7.Setelah satu jam catatlah perubahan yang terjadi pada tulang ayam tersebut pada table pengamatan.

F. Data Pengamatan:
Sasaran pengamatan Sebelum direndam
1 Warna Tulangnya berwarna kuning Tulangnya berwarna putih pucat
2 Kekerasan keras Lunak
3 Kelenturan Tidak lentur Lentur
4 Keadaan bagian dalam Berwarna merah, cair Berwarna coklat, padat

G.Pertanyaan
1. Apakah terjadi perubahan kelenturan pada tulang sesudah direndam larutan HCl? Mengapa?
2. Tuliskan struktur tulang keras dengan tulang rawan!
Jawaban
1. Ya, terjadi perubahan kelenturan setelah direndam larutan HCl. Karena
HCl + Ca --> CaCl2 + H2,
Jadi, kalsium pada tulang semakin sedikit karena larut dalam asam, maka pada kondisi tertentu, tulang akan menjadi lentur/lunak karena komposisi Ca pada tulang sudah menurun drastis.
2. #Struktur tulang keras:
Susunanya terdiri dari sedikit sel-sel, dan matriknya diperkuat dengan zat kapur,
#struktur tulang rawan
tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium).Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin.Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa. Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit.

Read More »
6:08 PM | 0 comments

Praktikum Zat Aditif


Dasar Teori :
Makanan pokok kita mengandung karbohidrat, protein, kalsium, zat besi, vitamin dan yang lainnya. Namun, dalam pengolahannya banyak ditambahkan bahan-bahan kimia lain yang secara sengaja ataupun tidak disengaja ditambahkan. Bahan kimia tambahan pada makanan umumnya dikenal sebagai zat aditif makanan. Zat aditif ini dapat menambah rasa, aroma, dan warna yang dapat menarik selera para konsumen.
Bahan tambahan makanan digunakan agar makanan tampk lebih menarik dan tahan lama; bahan tersebut dapat sebagai pengawet, pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan, dan lain-lain. Sehingga bahan makanana tersebut tidak bernilai gizi.
Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.
Salah satu bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah asam borat dan garamnya natrium tetraborat (boraks). Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna putih, tidak berbau serta stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks bersifat mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, pH : 9,5. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat.
Boraks merupakan garam Natrium NaB4O7.10HO yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik, pengontrol kecoak dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks. Boraks digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik dan pengontrol kecoak. Boraks merupakan bahan beracun dan bahan berbahaya bagi manusia, karena bisa menimbulkan efek racun, dan bila dikonsumsi menahun bisa menyebabkan kanker.tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin.
Formalin adalah Formaldehid / Metanal HCHO yang merupakan larutan yang tidak berwarna dan berbau menyengat, pada suhu kamar berupa gas yang bisa larut dalam alkohol, aseton  maupun air. Dalam industri kimia sangat penting sebagai desinfektan, fungisida, bakterisida, bahan dasar pembuat resin dan pengawet mayat.

Tujuan Praktikum    :
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati berbagai zat aditif yang terdapat pada makanan.


Alat dan Bahan:
  1. Alat
  2. Gelas Kimia
  3. Gelas Ukur
  4. Tabung reaksi
  5. Rak tabung reaksi
  6.  Penjepit tabung reaksi
  7. Mortar dan alu
  8. Pipet tetes
  9. Water bath
  10. Batang pengaduk
  11. Kertas saring
  12. Label
  13. Alat Tulis

2. Bahan:
  1. Larutan Perak Nitrat
  2. Larutan Fehling
  3.  Air
  4. Bakso
  5. Mie basah
  6. Tahu
Cara Kerja  :
Uji Boraks
Siapkan semua alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam praktikum.
Ambil sampel dari semua bahan makanan kemudian haluskan dengan menggunakan mortar.
Tambahkan 10 ml air pada 10 gram bahan makanan (1:1) dan aduk sampai rata, kemudian saring dengan menggunakan kertas saring.
Ambil ± 2 ml hasil penyaringan dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi dengan menambahkan 2 ml perak nitrat.
Panaskan Bahan makanan tersebut di atas pembakar spirtus selama beberapa menit hingga terlihat adanya perubahan.
Lakukan hal yang sama pada bahan makanan yang lainnya.
Bandingkan perubahan yang terjadi terhadap semua bahan makanan.
Amati dan mencatat hasil perubahannya.
Uji Formalin
Ambil 10 gram sampel dari semua bahan makanan kemudian haluskan dengan menggunakan mortar.
Tambahkan 10 ml air dan aduk sampai rata, kemudian saring dengan menggunakan kertas saring.
Ambil ± 2 ml hasil penyaringan dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 3 ml larutan Fehling dan panaskan selama 5-10 menit.
Amati dan catat perubahan yang terjadi.
Lakukan langkah 1-5 tersebut pada bahan lainnya.

Hasil Pengamatan

No
Bahan makanan
Kandungan Boraks
Kandungan Formalin
1.
Bakso
   
                   
2.
Mie
   
                   
3.
Tahu








Read More »
5:13 PM | 0 comments

Praktikum Respirasi Serangga



A. DASAR TEORI
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.

B.   JUDUL
Praktikum Respirasi Serangga

C. TUJUAN
Mengetahui kecepatan respirasi pada hewan (serangga) dan pada tumbuhan (kecambah)
Mengetahui pengaruh berat serangga terhadap laju respirasi

D. Alat dan Bahan:
1. Respirometer sederhana
2. Neraca
3. Jangkrik
4. Kristal NaOH (KOH)
5. Larutan eosin
6. Plastisin/vaselin
7. Kapas
8. Pipet tetes
9. Stopwatch/ pengukur waktu

C. Cara Kerja
Ciri makhluk hidup antara lain melakukan ekskresi, tumbuh dan berkembang, peka terhadap rangsang, respirasi, butuh nutrisi, reproduksi, bernafas, dan bergerak. Untuk mengukur kecepatan respirasi pada serangga dilakukan dengan mengukur oksigen yang diperlukan dalam pernafasannya. Kecepatan respirasi dinyatakan dengan banyaknya oksigen yang diperlukan serangga/ jangkrik pada waktu tertentu. Alat dan bahan diatur dalam susunan sebagai berikut:
1. Timbanglah serangga/ jangkrik yang akan dipakai untuk praktikum
2. Susunlah alat dan bahan seperti gambar di atas
3. Tempatkan pada tempat yang datar
4. Tutuplah sambungan antara pipa dengan bejana agar tidak bocor udaranya
5. Sebelum ujung pipa diberi laruitan eosin, tutuplah dengan jari telunjuk selama 1-2 menit
6. Masukan di ujung pipa berskala larutan eosin, satu tetes
7. Mulai menghitung gerakan eosin setiap 2 menit
8. Hitunglah berapa cc oksigen yang dibutuhkan sesrangga dalam waktu 10 menit
9. Ulangi langkah di atas pada serangga/ jangkrik yang berbeda beratnya.
Objek Pengamatan setiap 2 menit
1 2 3
Jangkrik 0,7 gram 9 cm 8 cm 8cm
Jangkrik 1 gram 8 cm 11 cm 12 cm

D. Tugas
1. Tuliskan variabel pada percobaan diatas:
a. Variabel manipulasi :
b. Variabel respon :
c. Variabel control :
2. Hipotesis :
3. Apakah guna NaOH dan KOH dalam percobaan diatas?
4. Apa yang terjadi dengan kedudukan eosin? Jelasakan!
5. Adakah hubungan antara berat jangkrik dengan kebutuhan oksigen?
6. Buatlah grafik hubungan antara berat jangkrik dan kebutuhan oksigen!

E. Jawaban
1. (Sudah terisi pada tabel Tugas)
2. Semakin berat tubuh jangkrik, semakin banyak membutuhkan oksigen. Sedangkan semakin ringan berat tubuh jangkrik semakin sedikit kebutuhan oksigen.
3. Berguna untuk mengikat CO2 agar tidak menganggu jalannya kegiatan respirasi.
4. Ketika jangkrik mulai bernafas di dalam tabung ketika itulah eosin bergerak di dalam tabung dari titik awal tabung respirometer ke titik akhir sesuai dengan kecepatan bernafasnya jangkrik.
5. Ada. Karena semakin berat tubuh jangrik, akan semakin membutuhkan oksigen. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia akan bernafas cepat. 

Read More »
5:03 PM | 0 comments

Perhitungan Populasi Jamur Tanah



I.      TUJUAN

      Untuk membandingkan populasi jamur di tanah dengan berbagai tingkat kandungan bahan organik.

II.      TEORI

Fungi (jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hypa. Diameter hypa hanya beberapa µm, tetapi dapat tumbuh memanjang hingga mencapai beberapa meter. Beberapa fungi hanya bersel satu seperti ragi. Hypa yang tumbuh membentuk masa disebut mycelium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar.
Fungi terdiri dari kapang dan khamir. Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut mereka di sebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa- sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikanya menjadi zat- zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian di kembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburanya. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan- bahan lain. Fungi atau kapang adalah mempunyai dinding sel yang kaku dan berbentuk uniseluler atau multiseluler sebagian mempunyai ukuran yang mikroskopis sedangkan yang lainnya mempunyai ukuran yang cukup besar  seperti jamur merang. Tidak seperti algae, fungi tidak mengandung klorofil sehingga tidak berfotosintesis. Fungi tidak menelan makanannya tetapi harus berupa nurient yang larut  agar dapat diabsorpsi. Fungi yang multiseluler menghasilkan filamen yaitu struktur mikroskopis seperti benang yang disebut hifa. Kumpulan hifa disebut miselium. Fungi uniseluler yang terkenal adalah ragi (yeast), dengan berbagai bentuk seperti bulat hingga oval, elips hingga ke bentuk filament.  Fungi sudah tidak asing lagi bila kita lihat misalnya warna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju warna putih seperti bulu pada roti, jamur di lapangan dan hutan.
Fungi memperbanyak diri dengan cara aseksual dan seksual. Perbanyakan diri dengan cara aseksual dilakukan dengan membentuk spora, berkuntum atau fragmen. Spora-spora tersebut terlepas melalui konstriksi. Berdasarkan kedudukanya spora yang terbentuk di ujung hifa disebut konidiospora, sedangkan yang terbentuk di sporangium disebut sporangiospora. Perbanyakan diri aseksual pada fungi berkuntum tidak dilakukan dengan membentuk spora, tetapi dengan membentuk tunas. Perbanyakan diri aseksual dapat juga dilakukan.    
Berdasarkan sumber perolehan energinya, jamur tanah dikelompokkan menjadi 3 group fungsional:
1.      Pengurai
2.      Mutualist
3.      Patogen
Faktor lingkungan seperti pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organic, dan kelembaban tanah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi terdapat pada semua jenis tanah yang bereaksi masam. Meski demikian, ada juga fungi yang berada pada tanah netral atau tanah alkalis. Pemberian pupuk anorganik dapat merubah populasi fungi di dalam tanah, contoh : pemupukan dengan garam ammonium. Dalam hal ini ammonium teroksidasi membentuk nitrat dan ion nitrogen yang mengakibatkan penurunana pH tanah.
Pengertian bahan organic tanah tidak sama dengan pengertian bahan organic  di dalam tanah. Bahan organic di dalam tanah tidak seluruhnya tercakup sebagai  bahan organic tanah (BOT).  Bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan dan sisa hewan yang belum terurai atau pengurainya belum sempurna disebut sebagai serasah atau bahan organik. Bahan organic yang terdapat di dalam tanah terutama berasal dari sisa-sisa jaringan tanaman yang umumnya mengandung karbohidrat dari bentuk monosakarida hingga polisakarida, lignin, dan senyawa-senyawa yang mengandung N  (proten, asam amino, purin dan pirimidin), lemak dan sejenisnya serta beberapa mineral. Penambahan bahan organic ke dalam tanah akan meningkatkan jumlah dan aktifitas bakteri tanah. Penambahan bahan organik tersebut tidak saja akan menambah sumber karbon dan energi bagi bakteri, tetapi juga akan memperbaiki lingkungan fisik tanah yang lebih nyaman bagi kehidupan bakteri.
Tanah, terutama yang banyak mengandung bahan organik adalah habitat yang baik untuk jamur. Di tanah dengan aerasi baik dan yang diolah, populasi jamur akan melebihi populasi mikroba lain. Jamur bukan penghuni tanah utama, tetapi biomassa jamur mendominasi biomassa mikroba tanah lain karena ukuran jamur lebih besar daripada mikroba lain dan memiliki jaringan miselium.
Perhitungan mikroba tidak langsung dengan metode plat pengenceran digunakan untuk menghitung populasi jamur tanah, namun metode ini kurang memuaskan karena tidak mampu membedakan koloni yang berasal dari spora dan hifa. Koloni yang berasal dari spora atau bentuk istirahat (dorman) lainnya mewakili jamur yang tidak aktif, sedangkan koloni yang berasal dari miselium berada dalam keadaan aktif bermetabolisme pada saat pengambilan contoh tanah.

III.      ALAT DAN BAHAN
      Contoh tanah rhizosfer.
      Pipet steril 1.0 ml dan 10ml, tabung reaksi steril 8 ml, petridish steril, gelas objek dan gelas penutup
      Medium Potato Dextose Agar (PDA).
    Larutan Streptomisin (300 mg streptomisin di dalam 100 ml air). Satu ml streptomisin ditambahkan pada 100 ml media pada suhu 45-50oC.

IV.      CARA KERJA

1.      satu gram tanah dicampur dengan 9 ml akuades sehingga didapatkan suspensi tanah dengan pengenceran 10-1 dan kocok selama 5 menit. Tambahkan 1 ml suspensi 10-1 ke dalam 9 ml akuades (10-2).  Lakukan pengenceran sampai 10-7.
2.      Pindahkan masing-masing 1/2 ml dari pengenceran 10-3 & 10-4 ke dalam petridish steril yang berbeda.
3.      Tuangkan media PDA yang telah diberi antibiotik. Campurkan media dengan suspensi tanah dengan menggoyangkan petridish.
4.      Inkubasikan selama 3-7 hari, amati morfologi koloni yang meliputi warna, bentuk dan ukuran koloni.Tentukan jumlah koloni dari setiap bentuk koloni yang berbeda dan hitung populasi total.
5.      Ambil koloni jamur pindahkan ke gelas obyek dan amati morfologi miselium jamur yang ada.
6.      Pindahkan koloni ke plat agar atau agar miring PDA untuk mendapatkan biakan murni.

V.      HASIL PENGAMATAN

Kandungan Bahan Organik
Jenis Jamur berds.karakteristik koloni
Populasi Jamur
(CPU/gr)


10-3
10-4
  Rhizosfer
1. Tipis, putih susu, bulat.
39
38

Populasi total jamur
77 x 103

Jadi, jumlah jamur per gram tanah adalah :
- pengenceran 10-3 → 39 : 10-3 = 39 x 103
- pengenceran 10-4 → 38 : 10-4 = 38 x 104     

VI.      PEMBAHASAN

Pada percobaan penghitungan populasi jamur tanah dengan metode plat pengenceran. Untuk mengisolasi jamur tanah pengenceran yang digunakan adalah pengenceran 10-4 dan 10-5. Pengenceran ini dimaksudkan untuk agar partikel-partikel tanah tidak ikut. Pada penentuan populasi jamur tanah media agar yang digunakan adalah PDA yang telah diberi antibiotik. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan suatu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena kalau tidak sesuai agarnya maka mikroorganisme tidak akan tumbuh. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tepat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya.
Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel tersebut di pisahkan dengan cara pengenceran, kemudian di tumbuhkan dalam media padat dan di biarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah.
Jumlah jamur dapat mendominasi didalam tanah dibandingkan dengan mikroorganisme yang lain. Disebabkan jamur mempunyai ukuran yang relatif besar. Namun, pada media yang digunakan dalam praktikum jamur tidak dapat tumbuh dengan optimum. Hal ini dapat disebabkan karena antibiotik untuk mencegah adanya mikroorganisme lain tumbuh pada media tidak bekerja secara mksimal sehingga ada bakteri dan mikroorganisme lain yang tumbuh pada media PDA ini. Sehingga pertumbuhan jamur pun terhambat.
Dari hasil penuangan suspensi tanah kedalam petridish didapat koloni jamur, dimana terdapat koloni yang berukuran kecil yang terpecah-pecah. Didalam koloni tersebut terdapat warna putih yang menunjukan jamur yang mempunyai hifa.

VII.      KESIMPULAN
  1. Metode plat agar sering digunakan untuk menghitung populasi jamur tanah walaupun metode ini kurang memuaskan.
  2. Metode ini tidak mampu membedakan asal koloni apakah dari spora atau hifa. Namun dapat diketahui koloni yang berkembang pada media berasal dari spora atau bentuk istirahat (dorman) lainnya mewakili jamur yang berada pada keadaan tidak aktif, sedangkan koloni yang berasal dari miselium secara metabolik aktif pada saat pengambilan contoh tanah.

Read More »
1:18 AM | 0 comments

Perhitungan Bakteri dan Aktinomiset Tanah



I.      TUJUAN

*      Untuk membandingkan jumlah (populasi) bakteri dan aktomiset dari tanah rizosfer dan non rizosfer.

II.      TEORI

Bakteri yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuanya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah ammonium menjadi nitrat. Termasuk ke dalam golongan ini yang berbentuk batang (bacil) yang mampu membentuk spora dan yang tidak membentuk spora. Spora pada bakteri bukan untuk alat berkembang biak melainkan alat untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan.
Aktinomycetes, yaitu kelompok bakteri yang tumbuh menyerupai fungi dengan membentuk hifa. Dan mempunyai ciri-ciri antara bakteri dan fungi. Aktinomiset mampu merombak berbagai substrat yang miskin N atau yang relative sulit didekomposisi. Karakteristik dari keberadaan organisme ini adalah memberikan bau tanah yang khas dan meningkatkan kualitas tanah dan dapat menghasilkan antibiotik.
Tanah dihuni oleh bernacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap gram mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri atas beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Penentuan jumlah dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah mempunyai arti yang sangat penting. Jumlah total mikroorganisme yang terdapat dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility index) tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Semakin subur tanah mikroorganisme yang terkandung didalamnya akan semakin banyak. Karena di dalam tanah mikroorganisme merombak semua bahan organik yang terdapat dalam tanah sehingga tanah menjadi subur. 
Mikroorganisme tersebar luas di alam, tanpa ada batas dimana harus bertempat tinggal.  Mikroorganisme terdapat diudara, di tanah, pada tubuh manusia, pada makanan, bahkan ditempat-tempat kotor sekalipun.  Salah satu cara untuk menghitungnya yaitu dengan menggunakan metode Plat Pengenceran (Dilution Plate Methode).
Metode penghitungan tidak langsung yang banyak digunakan untuk menentukan populasi mikroba di dalam tanah diawali dengan pengenceran suspensi tanah, lalu menumbuhkan mikroba yang terdapat dalam sejumlah volume suspensi di dalam media plat agar. Jumlah koloni yang tumbuh menggambarkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam suspensi sehingga satuan dalam penghitungan ini adalah CFU (Colony Forming Unit). Dengan metode ini diasumsikan bahwa satu koloni berasal dari satu sel mikroba. Jumlah mikroba dalam satu gram mikroba tanah contoh (CFU/gr). Dihitung dengan membagi jumlah koloni yang tumbuh dengan faktor pengenceran. Metode ini hanya menghitung bakteri hidup, dan tidak selamanya satu koloni berasal dari satu sel bakteri. Selain itu, tidak semua mikroorganisme dapat tumbuh pada media yang dipakai.

III.      ALAT DAN BAHAN

Tanah rizosfer
Aquadest steril.
Pipet steril ukuran 1,0 dan 10 ml, tabung reaksi steril 18 ml, Petridish steril
Media agar nutrisi (3 g beef ekstract, 5 g pepton, 15 g agar, 1000 ml aquadest)
Media agar kaseinat (0,2 g sodium kaseinat, 0.5 g K2HPO4, 0,2 g MgSO4.7H2O, 0.01 g FeCl3, 15 g agar, 1000 ml aquadest).

IV.      CARA KERJA

1.      Menggunakan tanah rhizosfer dengan cara mengambil tanah yang menempel di perakaran dengan bantuan kuas. Tanah non rizosfer diambil dari tanah di luar perakaran.
2.      Suspensikan 1 gram tanah ke dalam 9 ml aquadest sehingga didapat suspensi tanah dengan pengenceran 10-1. Kocok selama 5 menit dan biarkan 15 detik.
3.      Dengan pipet steril , ambil 1 ml suspensi tanah 10-1 dan pindahkan ke tabung berisi 9 ml aquadest steril (10-2) kocok sampai merata
4.      Dengan cara yang sama dengan poin 2, lanjutkan sampai pengenceran 10-7
5.      Dari pengenceran 10-6 dan 10-7 ambil masing-masing 1/2 ml suspensi masukkan ke dalam petridish steril. Tuangkan 15 ml nutrient agar untuk penghitungan bakteri. Goyangkan petridish supaya suspensi dan media tercampur homogen.
6.      Inkubasikan 24 jam di dalam inkubator pada suhu 30OC
7.      Lakukan langkah 4 dan 6 untuk aktinomiset dengan menggunakan media agar kaseinat pada pengenceran 10-4 , 10-5
8.      Tentukan jenis bakteri/aktinomiset yang tumbuh berdasarkan karakteristik koloni.
9.      Hitung koloni bakteri/aktinomiset yang ada di permukaan atau sedikit di bawah permukaan media. Jumlah koloni yang memenuhi syarat adalah 30-300 CFU/plat agar.
10.  Jumlah bakteri/aktinomiset per gram tanah = rata-rata koloni
                                                                                 pengenceran

V.      HASIL PENGAMATAN
Jenis tanah
Bakteri berdasarkanKarakteristik koloni
Populasi Bakteri
(CPU/gr)
pengenceran
10-6
10-7
Rhizosfer (vegetasi liar)
Bulat,berwarna putih susu
0
8
Populasi total bakteri
8 x 107

Jenis tanah
Aktinomiset berdasarkan Karakteristik koloni
Populasi Aktinomiset
(CPU/gr)

pengenceran
10-4
10-5
Rhizosfer (vegetasi liar)
Bulat berwarna putih
9

2

Populasi total aktinomiset
11 x 104






      Jadi, jumlah bakteri/aktinomiset per gram tanah adalah :
1.      Bakteri
*      10-6 = 0 : 10-6 = 0 CFU/g.
*      10-7 = 8 : 10-7 = 8 x 107 CFU/g.
2.      Aktinomiset
*      10-4 = 9 x 10-4 = 9 x 10CFU/g.
*      10-5 = 2 x 10-5 = 2 x 10CFU/g.


I.      PEMBAHASAN

Mikroorganisme tersebar luas di alam, tanpa ada batas dimana harus bertempat tinggal.Mikroorganisme terdapat diudara, di tanah, pada tubuh manusia, pada makanan dan tempat-tempat yang mengandung sumber makanan bagi organisme itu.
 Perhitungan diatas dengan asumsi bahwa satu koloni berasal dari satu sel mikroorganisme. Sehingga pemahaman lebih lanjut pada penelitian berikutnya tidak menyimpang dari asumsi sebelumnya.
Koloni bakteri pada suspensi pengenceran kecil lebih banyak dibandingkan suspensi pengenceran tinggi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang optimal diantaranya adalah suhu, udara, pH, kelembaban.
Pada koloni bakteri yang disuspensikan ada jamur yang tumbuh pada media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, hal ini dapat disebabkan karena anti jamur pada media tidak bekerja dengan baik.
Metode perhitungan bakteri dengan menggunakan cara NPM dapat menentukan Jumlah koloni bakteri, dan seharusnya didapat pada suspensi pengenceran rendah (10-6) pada tanah rhizosfer (bakteri) jumlah bakteri lebih banyak daripada suspensi pengenceran tinggi (10-7). Tapi pada praktikum yang kami lakukan didapat hasil bahwa jumlah bakteri pada pengenceran 10-7 sama dengan 8 sedangkan pada pengenceran 10-6 tidak ada bakteri yang tumbuh. Hal ini terjadi mungkin karena pada saat memasukkan media agar pada petridish, agarnya masih dalam keadaan panas sehingga bakteri yang ada pada suspensi yang dimasukkan ke dalam petridish mati. Begitu juga pada tanah Rhizosfer (aktinomiset), semakin rendah pengenceran (10-5) semakin sedikit populasi aktinomiset yang diperoleh.
Kelemahan dari metode ini antara lain hanya bakteri hidup saja yang bisa dihitung.

II.      KESIMPULAN
  1. Jumlah koloni bakteri pada suspensi pengenceran rendah (10-6) lebih banyak daripada suspensi pengenceran tinggi (10-7).
  2. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor lingkungan diantaranya; suhu, udara, pH, kelembaban dan lain-lain.
  3. Bakteri maupun aktinomiset lebih banyak populasinya pada pengenceran rendah, karena bakteri maupun aktinomiset umumnya lebih menyukai atau lebih banyak terdapat pada suspensi dengan pengenceran rendah. Karena semakin rendah pengenceran semakin sedikit kepekatan tanah yang diperoleh, artinya suspensi semakin encer.
  4. Metode ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain hanya bakteri hidup saja yang bisa dihitung dan tidak semua mikroorganisme dapat tumbuh pada media yang dipakai, atau dengan perkataan lain tidak satu mediapun yang dapat menumbuhkan semua mikroorganisme.


Read More »
12:45 AM | 0 comments