Secara teori, pohon aspen bisa hidup abadi karena bisa menyalin dirinya sendiri. Meskipun begitu, pohon ini tidak kebal dari kerusakan waktu.
Seiring menuanya klon aspen, penumpukan lambat mutasi genetik mengganggu produksi serbuk sari mereka. Setelah beberapa puluh ribu tahun, mereka tidak akan menghasilkan serbuk sari sama sekali.
Saat hal itu terjadi, mereka hanya bisa membuat klon dari akarnya dan terjebak di tempat itu, serta rentan pada penyakit atau bencana. “Usia menyebabkan kehilangan kesuburan,” kata ahli genetika San Diego Dilara Ally.
“Kami dapat menghitung kapan tingkat kesuburan jantan hilang serta memperkirakan berapa lama waktu dibutuhkan untuk klon tertua.”
Saat masih berupa bibit pohon itu menumbuhkan pohon baru dari akar khusus. Saat dewasa, pohon mulai memupuk diri sendiri dan memproduksi benih klonal menghasilkan klon asli.
Masing-masing pohon berumur sekitar 200 tahun, namun klonnya bisa merenggang hingga berhektar-hektar dan mampu berkembang biak tanpa batas.
Klon Aspen Pando di Utah diperkirakan berusia 80 ribu tahun bahkan ada yang berpendapat sepuluh kali lebih tua. Tapi sulit untuk menebak usia pohon.
Dalam penelitian sebelumnya, Ally menghitung tingkat mutasi genetik kecil dan akumulasi 20 klon Aspen di British Columbia. Dalam penelitian di PLoS Biology, tim Ally mengkorelasi usia dengan produksi serbuk sari. Semakin tua klon, jumlah dan viabilitas serbuk sari turun.
Klon tertua diperkirakan 10 ribu tahun dan menghasilkan seperempat serbuk sari klon lebih muda. Ekstrapolasi cenderung ke kesimpulan tidak lebih dari 20 ribu tahun produksi tepung sari akan berhenti.
Kapasitas reproduksi seksual akan hilang. Tanpa benih, klon akan abadi terjebak di tempatnya. Pohon akan rentan penyakit, kekeringan, kebakaran, perubahan iklim atau lainnya.
“Anda terancam punah jika kehilangan kebugaran seksual,” kata Ally.
Temuan ini memberikan aturan umum yang mungkin berlaku untuk klon flora lain, seperti pohon Raja Lomatia dari Tasmania dan jamur madu kuno Michigan. Kepunahan benih berada pada mekanisme keabadian mereka.
sumber : http://www.inilah.com/
Seiring menuanya klon aspen, penumpukan lambat mutasi genetik mengganggu produksi serbuk sari mereka. Setelah beberapa puluh ribu tahun, mereka tidak akan menghasilkan serbuk sari sama sekali.
Saat hal itu terjadi, mereka hanya bisa membuat klon dari akarnya dan terjebak di tempat itu, serta rentan pada penyakit atau bencana. “Usia menyebabkan kehilangan kesuburan,” kata ahli genetika San Diego Dilara Ally.
“Kami dapat menghitung kapan tingkat kesuburan jantan hilang serta memperkirakan berapa lama waktu dibutuhkan untuk klon tertua.”
Saat masih berupa bibit pohon itu menumbuhkan pohon baru dari akar khusus. Saat dewasa, pohon mulai memupuk diri sendiri dan memproduksi benih klonal menghasilkan klon asli.
Masing-masing pohon berumur sekitar 200 tahun, namun klonnya bisa merenggang hingga berhektar-hektar dan mampu berkembang biak tanpa batas.
Klon Aspen Pando di Utah diperkirakan berusia 80 ribu tahun bahkan ada yang berpendapat sepuluh kali lebih tua. Tapi sulit untuk menebak usia pohon.
Dalam penelitian sebelumnya, Ally menghitung tingkat mutasi genetik kecil dan akumulasi 20 klon Aspen di British Columbia. Dalam penelitian di PLoS Biology, tim Ally mengkorelasi usia dengan produksi serbuk sari. Semakin tua klon, jumlah dan viabilitas serbuk sari turun.
Klon tertua diperkirakan 10 ribu tahun dan menghasilkan seperempat serbuk sari klon lebih muda. Ekstrapolasi cenderung ke kesimpulan tidak lebih dari 20 ribu tahun produksi tepung sari akan berhenti.
Kapasitas reproduksi seksual akan hilang. Tanpa benih, klon akan abadi terjebak di tempatnya. Pohon akan rentan penyakit, kekeringan, kebakaran, perubahan iklim atau lainnya.
“Anda terancam punah jika kehilangan kebugaran seksual,” kata Ally.
Temuan ini memberikan aturan umum yang mungkin berlaku untuk klon flora lain, seperti pohon Raja Lomatia dari Tasmania dan jamur madu kuno Michigan. Kepunahan benih berada pada mekanisme keabadian mereka.
sumber : http://www.inilah.com/